hendramarcos
Meneliti dan Berkarya
Senin, 21 Mei 2018
Selasa, 07 April 2015
Renungan Malam
Bagaimana jika Allah tidak memberkati kita hari ini,karena kita tidak bersyukur hari kemarin,bagaimana jika Allah berhenti memberi petunjuk,karena kita membangkang hari ini,bagaimana jika kita tidak bisa melihat bunga indah bermekaran,karena kita menggerutu saat Allah menurunkan hujan,bagaimana jika Allah menarik Al-Qur'an,karena kita malas membaca dan mengamalkan nya.
Bagaimana jika Allah berhenti mencintai kita,karena kita berhenti mencintai dan menyayangi saudara kita,bagaimana jika Allah mengabulkan permintaan kita sesuai sikap kita terhadap panggilan adzan,,,sejenak pejamkan mata kita...
Andaikan semua itu terjadi,tak ada lagi bunga indah,tak ada lagi Al-Qur'an yang menentramkan hati kita,hidup tanpa cintaNya,tanpa petunjukNya,mari bersyukur sebelum kita kehilangan nikmat itu.
Bagaimana jika Allah berhenti mencintai kita,karena kita berhenti mencintai dan menyayangi saudara kita,bagaimana jika Allah mengabulkan permintaan kita sesuai sikap kita terhadap panggilan adzan,,,sejenak pejamkan mata kita...
Andaikan semua itu terjadi,tak ada lagi bunga indah,tak ada lagi Al-Qur'an yang menentramkan hati kita,hidup tanpa cintaNya,tanpa petunjukNya,mari bersyukur sebelum kita kehilangan nikmat itu.
Rabu, 04 Maret 2015
Tahu Diri
Assalammualaikum
wrwb.....
Pagi ini saya mencoba membaca pikiran saya sendiri, dari
kejadian seminggu ini. Melalui perjalanan panjang menghadiri pesta pernikahan di
Semarang, perjalanan yang dimulai dari Jogja hingga akhirnya saya kembali. Saya
meyakini bahwa alam sadar kita membawa kita kepada hal-hal yang kita pikirkan.
Tidak terasa bahwa apa yang terjadi sekarang merupakan apa-apa yang kita
pikirkan diwaktu-waktu sebelumnya. Banyak kejadian yang dikira orang bahwa itu
suatu kebetulan. Tapi, bagi sebagian lain berpendapat bahwa tidak ada kebetulan
dalam setiap kejadian. Semua sudah ada yang mengatur. Allah lah yang Maha
mengatur. Melalui tulisan #63 pada buku #NasehatDiri, saya kembali mencoba
menasehati diri saya pribadi. “Kita melihat apa-apa yang kita yakini”,
begitulah kalimat singkat ini yang penuh makna. Tidak jarang orang sekarang
asyik mengasah batu, tetapi lupa mengasah pribadi melalui hati-nya. Seringkali
orang juga lupa bahwa apa yang dilihat nya bukan lah apa yang menjadi standar
suatu perbuatan. Gemerlap pesta misalnya, yang secara kasat mata, pandangan
kita memperlihatkan suatu kemegahan, yang ujungnya adalah kelanggengan suatu
perkawinan. Belum tentu...begitulah mata kadang menyiratkan kepalsuan. “Tahu
diri” ini dua kata yang menghunjam dalam hati saya. Mudah-mudahan melalui
tulisan ini bisa kita ambil manfaat nya...Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin...
“Kita melihat apa-apa yang kita yakini”
Adakah kau percaya pada kesempurnaan penciptaan Tuhan, wahai
diri? Bahwa Dia menciptakan segala tanpa cacat, tanpa kesia-siaan? Maka sungguh
berani jiwa yang mengatakan dirinya biasa belaka, hidup layaknya air mengalir, mengikuti
arus kian kemari. Sebab, dengannya ia katakan Tuhan lalai dalam penciptaan, Dia
hadirkan makhluk tanpa tujuan.
Bukan, bukan tanpa tujuan, wahai diri. Pun buka untuk tujuan
sederhana pula diri ini diciptakan. Tapi kusamnya cermin hati yang akibatkan
diri ini lalai mendapati betapa banyak bekal yang sudah Dia siapkan untuk kita
jalankan tugas besar itu. Demikianlah seringkali kita tak tahu diri, merasa tak
berarti, padahal tugas besar tengah menanti.
Tahu dirilah, tahu diri. Tengoklah apa yang tampak dari
dirimu,lalu hitung harganya. Tengoklah apa yang ada dalam jiwamu, lalu ukur
kedalamannya. Sungguh kau bukanlah ciptaan yang sederhana, wahai diri.
Tapi jangan kau bayangkan tugas besar itu semata apa-apa
yang dikatakan oleh orang-orang. Bahwa kekayaan itu semata urusan harta. Bahwa kesuksesan
itu pastilah beraroma kemewahan. Tugas besar itu bisa jadi tampak kecil, remeh,
dan sahaja bagi banyak mata, namun kesungguhanmu menjalankannya yang menjadikannya
bernilai. Sebab tak perlu menjadi besar bagi berlian tu menjadi berharga, ia
cukup kecil saja, yang dibentuk penuh ketekunan.
Ah, maka tergantunglah dari jernihnya cermin hatimu, wahai
diri. Adakah kau yakini dirimu berlian, maka kau gosok dirimu hingga berkilau? Atau
kau cermati dirimu layaknya batu jalanan, hingga kau biarkan ia tanpa
perawatan?
“Kita melihat apa-apa yang kita yakini”
Langganan:
Postingan (Atom)