Selasa, 24 Februari 2015

Beban Ilmu

Alhamdulillaahi robbil'alamiin,,,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, masih memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbaiki amal yang Inshaa Allah diberi pahala oleh ALLAH SWT. Dengan niat yang baik Allah akan memberikan ganjaran dengan pahala yang berlipat ganda. Mencoba menghayati perjalanan hidup, saya mencoba menulis kembali #NasehatDiri dengan untaian kalimat yang sederhana ini, saya mencoba mengambil hikmah dari nasehat yang ke #6 pada buku tersebut. "Beban Ilmu" begitulah judulnya. Tidak terasa memang perjalanan hidup kita kadang membawa begitu banyak hikmah dan pelajaran serta pengalaman yang bisa kita pelajari sendiri. Melalui buku ini saya mencoba menulis kembali ke blog saya ini.Mudah-mudahan Allah meridhoi setiap langkah kaki kita dalam mecari ilmu dan mengamalkan nya untuk diri sendiri. 


“Para berilmu tahu benar beban ilmu hingga tak sanggup banyak bicara kala semakin banyak nan dipahami”

Terngianglah sebuah nasihat, “Hak sebuah ilmu adalah diamalkan.” Ah, betapa berat terasa. Sebab, pada segala hak, kan menuntut pertanggungjawaban. Yakni, setiap ilmu yang tak diamalkan, kan jadi penuntut besar di hari akhir nanti.
Tak heranlah, kiranya para berilmu tak banyak bicara. Sebab, ilmu begitu luasnya hingga disadari bahwa demikian banyak yang tak kuasa diamalkan. Banyak bicara hanya akan menjadikan beban bertambah. Tidak saja beban sebab ilmu yang belum diamalkan itu sendiri, dan beban sebab mengatakan sesuatu yang belum diajalankan.
Dalam titik yang mungkin bagi para awam berlebihan, mereka acapkali berkata, “Ah, seandainya aku ditakdirkan menjadi batu saja.” Pada batu tak terdapat akal tuk menelaah ilmu, maka selamatlah ia. Sedang pada manusia, akal memang alat pengantar ke surga, dan pada saat yang sama juga pada siksa.
Maka benarlah tetanda para berilmu adalah ringkasnya bicara, namun mengena. Karena dalam tiap kata, terkandung jutaan makna yang sedemikian dalamnya. Ia menghujam tajam, menerobos kepongahan, dan tak jarang segera hadirkan cahaya hidayah.
Benarlah pula ciri para berilmu adalah keelokan laku. Sebab kerasnya berusahan mengamalkan ilmu, jadikan tiap gerak dan langkah demikian anggun, menggetarkan jiwa. Pada yang demikianlah layak tersemat gelar, “guru sejati, diamnya pun mengajari.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar