Minggu, 22 Februari 2015

Belajar Bersyukur

Malam ini...saya mencoba merenungi perjalanan selama lebih kurang 3 tahun, sejak kepergian dari kotaku, menggilitik jari dan perasaan saya tuk menulis kembali pesan dari buku #NasehatDiri karya Teddi P.Y. Dari pesan #53 ini, sambil belajar menulis dan menuangkan pikiran, saya mencoba menyelami makna perjalanan hidup, menasehati diri saya sendiri, tuk belajar bersyukur memang tidak mudah, berikut tulisan kecil ini :

“Tuhan selalu punya cara untuk mengajari kita bersyukur. Salah satunya adalah dengan tidak mengabulkan apa yang kita inginkan”

Apa yang kita inginkan belum tentu apa yang kita butuhkan. Sebab, tabiat keinginan memang berasal dari nafsu yang kala belum terdidik di jalan Tuhan begitu mudah terombang-ambing oleh godaan.
Kebutuhan adalah segala yang benar-benar diperuntukkan bagi perjalanan kita mewujudkan tujuan penciptaan. Sedang keinginan, adalah kelebihan yang diinginkan jiwa sebagai akibat dari persentuhan dengan dunia.
Maka membedakan keinginan dari kebutuhan adalah jalan sejati kebahagiaan. Pada pertemuan keduanyalah, tujuan penciptaan terbentang dihadapan, hingga jiwa tak menatap selain keindahan setiap pengaturan.
Ada kalanya keinginan langsung sejalan dengan kebutuhan, sebab demikianlah adanya Tuhan mengatur. Memang tak butuh sesaat jika Dia hendaki apa pun terjadi. Di masa seperti inilah, jiwa kadang tertipu, menyangka ia miliki kuasa wujudkan keinginan. Jadilah kala apa nan diinginkan tak segera terwujud, ia menggugat, hingga lalai pada berjuta nikmat yang senantiasa hadir tanpa diminta.
Maka jangan heran jika banyak keinginan tak segera dikabulkan. Sungguh, diri ini begitu sering lancang meminta disegerakan, sedang apa yang tak diminta tak kunjung pula disyukuri. Cobalah barang sejenak, wahai diri, hitung berapa banyak udara yang kau hirup hari ini. Bukankah kau seketika sibuk mengagumi dan lupa pada apa yang kau ingini?
Tapi demikianlah Dia. Kasih dan sayang-Nya mendahului murka-Nya. Kelancangan itu tak segera diganjar. Ia hanya berikan kita waktu tuk memahami bahwa setiap nan belum diberi, sejatinya ditunda, atau kan dihadirkan yang lebih baik. Namun suara rintih harap ini begitu merdu bagi-Nya, maka dibiarkanlah ia terus berlangsung, agar jadi penambah hitungan kebajikan pada waktunya kelak.
Sungguh tak ada keuntungan maupun kerugian bagi-Nya, dalam pengabulan ataupun penundaan doa. Keduanya hanyalah jalan yang ia sediakan tuk mematangkan jiwa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar